Senin, 10 Juni 2013

kinerja Metering Kamera foto SLR Digital (DSLR)

Kinerja Metering Kamera foto SLR Digital (DSLR)


sistem-metering-dslr
Setiap kamera foto SLR digital modern dari pabriknya dilengkapi dengan teknologi bernama Metering ModeExposure MeteringCamera Metering atau untuk lebih praktisnya kita sebut Metering yang sudah dirakit didalamnya. Dalam artikel ini kita akan berusaha memahami apa itu metering? bagaimana cara kerjanya serta beberapa kelemahan utama yang harus kita hadapi (underexposed & overexposed). Dalam artikel selanjutnya, lebih jauh kita pahami tentang mode metering (matrix/evaluative, center weighted & spot metering).

Apa Itu Metering? Apa fungsinya?

Secara prinsip tidak beda dengan meteran gulung yang dipakai pekerja konstruksi atau meteran pita yang dipakai tukang jahit untuk mengukur panjang, hanya metering ini dipakai oleh kamera DSLR untuk mengukur cahaya, yang secara relatif lebih njelimet dibanding dengan mengukur panjang.
Metering dipakai untuk mengukur cahaya yang dilihat oleh kamera (cahaya yang masuk ke lensa). Saat kita melihat obyek foto melalui viewfinder kamera, kondisi cahaya di obyek tersebut akan diukur oleh sistem metering. Tujuan utama dari sistem metering kamera adalah menghasilkan foto yang pas eksposure-nya (baca lagi pengertian eksposure). Metering melakukannya dengan menganalisa tingkat gelap terang sebuah obyek foto kemudian menentukan besarnya shutter speed, aperture serta ISO supaya hasil foto anda pas, tidak terlalu gelap ataupun tidak terlalu terang.
Hmm pusing nya…. oke, gampangya begini.Bayangkan mata anda. Saat anda merasa silau apa yang anda lakukan? memincingkan mata bukan! Secara tidak sadar anda mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata supaya anda tidak silau (tidak terlalu terang). Kebalikannya, saat merasa cahaya terlalu remang anda secara otomatis membuka mata lebar-lebar. Memincingkan mata atau membuka mata lebar-lebar supaya mata merasa nyaman saat melihat (eksposur yang pas), seperti itulah tugas sistem metering kamera.

Cara Kerja Sistem Metering Kamera foto & Kelemahannya

Saat kamera melihat tembok, sistem metering akan mengukur besar cahaya (gelap terang) yang dipantulkan oleh tembok tersebut (reflective). Hal ini mudah saat semua obyek foto memantulkan jumlah cahaya yang sama.
Repotnya, didunia nyata masing-masing benda memiliki tingkat pantulan yang berbeda. Saat kita memotret langit, kalau langitnya biru sempurna metering kamera akan gampang menghitung eksposur karena hanya ada satu tingkat terang yang harus dihitung (biru). Namun saat kita memotret langit dengan tambahan awan putih, metering sekarang harus menghitug kecerahan langit biru dan kecerahan awan putih dan harus berusaha menghasilkan eksposure yang optimal. Sekarang tambahkan gunung dan barisan pepohonan kedalam obyek foto diatas, maka tingkat kompleksitas yang dihadapi metering makin rumit.
Bagaimana cara para perancang sistem metering kamera mengantisipasi keadaan ini? Jawabannya adalah dengan berusaha membuat tingkat gelap terang rata-rata dari sebuah obyek foto apapun itu. Secara teknis gelap terang rata-rata bagi sistem metering kamera adalah 18% grey ( 18% abu-abu atau abu-abu normal) – tidak terlalu gelap dan juga tidak terlalu terang – lihat foto dibawah. Sebuah obyek foto dengan tingkat pantulan cahaya yang memiliki gelap terang kompleks akan “dijinakkan” dengan cara ini.
Solusi ini secara umum memang bisa kita pakai untuk memotret kondisi normal. Namun ketika kita dihadapkan pada kondisi misalnya anda akan memotret wajah teman dengan background putih sempurna, kamera akan menjadikan wajah teman anda lebih gelap karena harus mengantisipasi background putih dan membawanya kearah 18% grey alias underexposed. Atau misalnya saat anda memotret bunga didalam gelas kaca kecil yang diletakkan diatas taplak meja hitam, maka didalam foto bunga akan lebih terang dari aslinya karena harus membawa taplak meja hitam tadi ke arah 18% grey alias overexposed.

Jadi Kita Harus Bagaimana?

Seperti halnya kita tidak bisa terus menerus menggunakan auto eksposure, untuk menghasilkan foto yang bagus kita tidak bisa menggunakan sistem metering kamera tanpa beberapa trik (meninggalkannya dalam posisi default). Agar lebih jelas, silahkan baca beberapa mode metering yang bisa membantu kita mengantisipasi kelemahan sistem metering ini

.>>Baca Selengkapnya

Cara Mengganti Lensa DSLR Secara Aman & Cepat

Cara Mengganti Lensa DSLR Secara Aman & Cepat

Salah satu kelebihan utama kamera DSLR (maupun mirrorless) dibandingkan kamera saku adalah karena di kamera DSLR kita bisa gonta-ganti lensa yang sesuai dengan mounting kamera(interchangeable). Hanya dengan satu kamera dan jika kita cukup beruntung mampu membeli beragam lensa (atau setidaknya pinjam lensa teman), kita  memperoleh kebebasan berkreasi yang luar biasa dengan mengganti-ganti lensa sesuai keperluan (semua artikel mengenai lensa bisa anda baca di halaman ini).
Namun begitu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan selama proses penggantian lensa, terutama jika anda melakukannya di luar ruangan (outdoor). Mengganti lensa di luar ruangan memiliki resiko debu dan kotoran bisa masuk ke kamera dan menempel disensor, sehingga membuat hasil akhir foto tampak ‘ternoda’ seperti terlihat di contoh foto diatas. Selain itu, ketidakcermatan bisa mengakibatkan lensa yang sudah susah payah dibeli beresiko jatuh dan rusak.

Berikut tips praktis dan aman cara mengganti lensa kamera  DSLR:

  • Kalungkan tali kamera di leher, kemudian posisikan kamera agar menggantung dan menghadap ke bawah
  • Pasang tutup depan (front cap) lensa yang akan diganti
  • Sembari menekan tombol kuncian lensa (biasanya disamping kiri lensa), putar lensa yang akan diganti berlawanan dengan arah jarum jam
  • Putar sampai lensa kendor, namun jangan sampai benar-benar dilepas dari kamera
  • Ambil lensa baru yang akan dipasang. Lepas tutup lensa dibelakang (end cap) dan letakkan ditempat yang mudah dijangkau sementara pegang lensa-nya dengan satu tangan
  • Sekarang lepas lensa lama dengan tangan yang lain (biarkan kamera menggantung dan tetap menghadap kebawah)
  • Sekarang pasang lensa baru dengan cepat (perhatikan titik putih dilensa, sejajarkan posisi titik putih ini dengan titik putih di kamera) lalu putar hingga terkunci
  • Ambil tutup belakang (end cap) lensa lama dan pasangkan di lensa yang baru
  • Taruh lensa lama di tas kamera
Sedikit tips tambahan:
Setelah penggantian lensa usahakan anda mengaktifkan fitur sensor cleaning di kamera sehingga mengurangi resiko foto anda terdapat bercak debu.
Hindari mengganti lensa saat angin kencang, apalagi saat memotret di pantai!!

Cara mereset kamera SLR ke default factory setting

Cara mereset kamera SLR ke default factory setting

Kalau anda sering bermain-main dengan settingan dan menu LCD yang ada di kamera SLR anda, akan ada kemungkinan anda mengacaukan beberapa settingan penting yang justru membuat kamera “bertingkah” tidak seperti biasanya.
Anda ingin mengembalikan (reset) settingan kamera kembali seperti semula saat kita membelinya? Bisa. Karena hampir semua produsen kamera SLR memberi fitur reset ke factory default di setiap kamera SLR mereka. Fitur ini fungsinya cuma satu: membuat semua settingan yang sudah kita otak-atik kembali seperti baru. Persis seperti anda mengembalikan diri anda sendiri kembali ke rahim ibu, lalu dilahirkan kembali (oke, yang ini berlebihan deh.. ).
Apakah ada kerugiannya kalau kita melakukan langkah ini? Ya, karena otak-atik yang pernah kita coba semuanya hilang begitu saja. Jadi ada baiknya anda mencatat beberapa modifikasi setting dan profil yang sudah anda lakukan untuk anda coba lagi nanti (dan jangan sampai mengacau lagi ya…)
Saya akan paparkan cara mereset setting kamera ke factory setting untuk SLR merk Nikon dan Canon. Untuk merk lain mohon maaf, saya tidak punya kamera yang bisa dicoba…
SLR Nikon, ada 2 cara:
Pertama:
  1. Pencet Menu -> Shooting (ikon kamera) -> lalu pilih Reset Shooting Menu
  2. Pencet Menu -> Custom Setting (ikon pensil) -> pilih Reset Custom Menu
atau dengan:
  • Pencet dan tekan bersamaan dua tombol: tombol Qual dan +/- (exposure compensation), selama tiga (3) detik
SLR Canon:
Pencet Menu -> pilih Set-Up 3 -> pilih Clear Setting

Cara Aman Saat Menggantungkan SLR Di Pundak

Tips Singkat: Cara Aman Saat Menggantungkan SLR Di Pundak


Jika anda pemakai kamera SLR, anda satu tips sederhana dan singkat supaya lensa dan kamera anda makin aman. Terutama saat anda memasang lensa panjang (tele) di body kamera, perhatikan cara anda menggantungkan kamera di pundak.
Perhatikan dua gambar dibawah ini, ada perbedaan besar diantara keduanya. Dalam gambar sebelah kiri, sisi muka lensa dengan elemen kaca menyembul keluar. Sementara dalam gambar sebelah kanan, ujung muka lensa relatif tersembunyi di belakang (maaf) pantat.
Kamera di pundak
Dalam hemat saya, dengan cara menggantungkan kamera seperti dalam gambar sebelah kanan akan membuat lensa lebih terlindung. Jika anda menggantung kamera seperti cara pada gambar di sebelah kiri, besar kemungkinan lensa terbentur benda keras karena arahnya yang menonjol keluar (bayangkan lensa anda terbentur tembok, dinding, pintu, orang yang berjalan berpapasan dll). Akan lebih aman jika anda menyembunyikan ujung lensa kebelakang.

Tips Foto Akuarium

Tips Foto Akuarium


akuarium-1
Anda punya akuarium dirumah? Atau anda akan berkunjung ke akuarium raksasa seperti di Seaworld? Nah cobalah jadikan akuarium sebagai obyek foto yang menarik. Tantangan memotret di akuarium adalah adanya kaca yang terletak diantara lensa dan obyek foto, sedangkan kita ingin menghasilkan foto tanpa ada jejak kaca sedikitpun. Tantangan lainnya adalah keterbatasan cahaya.
Kalau selama ini anda sudah mencoba membuat foto dengan obyek ikan (atau tanaman) didalam akuarium dan selalu tidak memuaskan, cobalah beberapa tips berikut ini:
  • Gunakan lensa tercepat yang anda miliki. Karena ikan didalam akuarium cenderung selalu bergerak padahal pencahayaan di akuarium cenderung sangat kurang dibandingkan diluar ruangan. Oleh karena itu, manfaatkan lensa tercepat yang anda miliki. Lensa dengan bukaan f/2.8 atau lebih cepat akan membantu.
  • Belilah Rubber Lens Hood. Harganya sekitar Rp. 100 ribu, namun sangat bermanfaat. Ketika memotret obyek melewati kaca, kita harus pastikan bahwa jarak antara ujung lensa dan kaca harus serapat dan sestabil mungkin. Dengan memasang lens hood karet, kita bisa membuat lensa seperti menempel erat di kaca dan dengan begitu maka pantulan kaca akan bisa dihilangkan. Anda bisa membeli hood karet .
  • Jangan Gunakan Filter Polarizer. Jika anda memasang filter polariser (CPL) saat memotret obyek melewati kaca, besar kemungkinan akan timbul color flare(cahaya tambahan yang muncul didalam foto akibat sudut pantulan) yang merusak foto anda.
  • Posisikan Kamera Tegak Lurus Dengan Kaca. Karena anda akan memotret melewati kaca, pastikan posisi lensa benar-benar tegak lurus dengan bidang kaca. Jika agak miring, maka akan timbul efek perbesaran yang aneh karena kaca dan air seolah-olah berperan sebagai kaca pembesar.
  • Set ISO Sebesar Mungkin.
    Seringkali lensa cepat pun tidak cukup untuk menangkap gerakan cepat binatang air, sebagai contoh untuk memotret ubur-ubur lincah diatas, ISO harus dikorbankansampai dengan 3200 karena kurangnya pencahyaan. Yang penting obyek tertangkap dengan tajam, meskipun noise jadi terlihat seperti tampak dibawah ini.

Tips Komposisi Agar Foto Makin Menarik

Tips Komposisi Agar Foto Makin Menarik


Komposisi fotografi, seperti halnya komposisi dalam bidang seni apapun adalah ibarat selera akan makanan, semua kembali ke preferensi  masing-masing. Namun begitu, ada beberapa panduan tertentu yang tak lekang waktu dan ikut di amini oleh mayoritas pelaku
Tips komposisi fotografi yang akan anda baca berikut ini lumayan singkat dan tidak bertele-tele,  kami saring dari berbagai sumber dan juga pengalaman. Isinya bukan aturan tapi panduan, karena sekali lagi komposisi adalah masalah selera.
Oh satu lagi, topik komposisi lumayan sering dibahas di belajarfotografi.com. Anda bisa melihatnya dengan mengetikkan kata komposisi di kotak search yang ada di sidebar kanan dan akan ada dereten artikel mengenai komposisi yang bisa anda baca. Silahkan nikmati 20 tips singkat ini:
  1. Tarik perhatian ke arah subyek utama dalam foto. Manfaatkan warna, bentuk, cahaya atau garis supaya foto tampak kuat dan menyedot perhatianSedot Perhatian
  2. Sederhana, makin sederhana susunan foto anda makin kuat kesan yang ditimbulkansimpel
  3. Kurangi elemen yang tidak seirama. Jika menurut anda ada elemen tertentu yang merusak irama dan keharmonisan foto, singkirkan – tutupi – atau pindahkan sudut pemotretan supaya elemen tersebut hilangirama
  4. Penuhi seluruh isi frame dengan obyek utama. Kadang foto yang kuat kesannya adalah foto yang tanpa background sama sekaliPenuhi Frame
  5. Jangan biarkan ruang kosong mendominasi fotoruang
  6. Cek daerah disekitar garis frame, jangan biarkan ada tangan, kaki atau bagian penting obyek terpotong tanpa alasan kuat
  7. Maksimalkan penggunaan point of view (titik pandang) yang menarik, jangan melulu memotret dari depan subyekPoint of view
  8. Jangan lupa rules of thirds. Tarik garis imajiner yang membagi foto menjadi 9 bagian sama besar. Tempatkan obyek utama di persimpangan garis-garisnyarule of third
  9. Saat memotret orang, usahakan selalu agar mata berada diatas garis tengah fotokomposisi mata
  10. Bagian paling terang dalam foto adalah bagian yang paling menyedot perhatian mata. Taruh obyek utama disanaSandcastle on Morro Strand State Beach, with Morro Rock visible in background, after sunset 24 Aug 2009
  11. Background lah yang memperkuat kesan. Jadi jangan biarkan background mematikan obyek utama. Baca lebih jauh tentang background.2985066755_a23e402f28_m
  12. Memotret secara horisontal memperkuat kesan lebar dan secara vertikal memperkuat kesan tinggi
  13. Tajamkan mata untuk mengenali pola yang berulang, manfaatkan Pola
  14. Tajamkan mata untuk mengenali pola simetri, manfaatkanSimetri
  15. Leading line dan kurva-S selalu menyenangkan dilihatCurve
  16. Untuk memotret anak-anak, jongkoklah. Sejajarkan kamera dengan mata merekaKomposisi anak-anak
  17. Hindari menaruh titik perhatian tepat ditengah-tengah foto
  18. Hindari meletakkan garis horison tepat di tengah foto, usahakan horison ada di sepertiga atas atau bawahDelineated
  19. Jangan biarkan garis horison menabrak bagian obyek yang penting
  20. Cek, cek dan cek lagi sesaat sebelum memencet shutter. Pastikan apa yang tampak di viewfinder sesuai keinginan anda >>Baca Selengkapnya

Mengenal Mode-Mode Metering Kamera

Mengenal Mode-Mode Metering Kamera

Ada beberapa alasan mengapa metering kamera bisa menghasilkan exposure yang salah, dan salah satunya adalah tentang penggunaan metering yang dimiliki oleh Sobat miliki. Kamera kebanyakan memiliki beberapa mode pengaturan metering (padaCanon biasanya memiliki 4 mode metering). Setiap mode exposure tentu di desain dengan tujuan yang berbeda, dan bekerja secara spesifik. Jika Sobat bermasalah dengan exposure, maka kemungkinan itu terjadi adalah Sobat tidak sepenuhnya mengerti bagaimana mode metering yang kalian gunakan bekerja.

Metre KAMERA FOTO DSLR MEMILIKI MODE PENGATURAN METERING

 

MAYORITAS KAMERA FOTO DSLR MEMILIKI MODE PENGATURAN METERING SEPERTI BERIKUT INI:


Centre-Weighted Metering.




Mode metering ini menitik beratkan pada titik pusat atau tengah dari viewfinder, seperti yang terlihat pada gambar diatas. Metering Centre-Weighted bekerja dengan sempurna jika subyek foto kalian berada di tengah-tengah frame. Jika tidak, maka Sobat harus menempatkan titik tengah dari viewfinder ke subyek, tekan tombol shutter setengah untuk mengunci exposure dan kemudian jepret!

Mode metering ini sudah hadir sejak lama, bahkan jika Sobat masih memiliki kamera film lama, bisa jadi itu adalah satu-satunya mode metering yang kamera kalian miliki. Mode metering ini bisa dikatakan mudah digunakan dan bisa diprediksi jika Sobat mengerti bahwa metering bekerja dengan mengukur exposure dari tengah viewfinder.

Spot Metering.


Spot Metering


Kamera membaca exposure dari lingkaran yang berada di bagian tengah viewfinder. Menggunakan mode metering ini membutuhkan latihan. Ingat bahwa kamera mengukur pantulan cahaya, dan jika Sobat mengarahkan lingkaran spot metering ke tone yang lebih terang atau gelap dibandingkan mid-grey, maka kamera akan memberikan exposure yang salah.

Spot metering sangat berguna ketika Sobat menghadapi subyek yang terang tetapi memiliki background yang gelap, kontras bukan? Adegan ini bisa kita temukan ketika memotret konser atau saat memotret foto siluet. Sobat bisa melakukan metering ke subyek dan kamera akan mengacuhkan bagian background.

Partial Metering


Partial Metering


bekerja seperti halnya pada spot metering, tetapi perbedaannya adalah partial metering memiliki lingkaran yang lebih besar. Metering ini bekerja dengan bagus ketika Sobat melakukan pengukuran (metering) pada subyek yang terang dengan background gelap. Gunakan ini jika subyek pembacaan exposure subyek lebih besar dari Spot metering.

Evaluative Metering


Evaluative Metering 

Evaluative metering ditemui di kamera Canon, tetapi pada Nikon menggunakan istilah Matrix, Pentax serta Sony menggunakan nama Multi-Segment metering.


Centre-Weighted, Spot dan Partial metering semuanya melakukan pembacaan exposure dari bagian tengah frame, padahal kebanyakan fotografer lebih memilih menempatkan subyek tidak ditengah-tengah frame (off-centre) dengan alasan komposisi fotografi (rule of thirds), jadi menggunakan mode centre-weighted, spot, partial merupakan sebuah hal yang mudah untuk dilakukan.

Evaluative metering dikembangkan oleh produsen kamera untuk memudahkan pengukuran exposure pada subyek yang terletak off-centre. Camera membagi viewfinder menjadi beberapa zona dan membadingkan pembacaan exposure dari zona ke zona dan memberikan exposure yang dianggap terbaik. Gambar diatas menunjukkan bagaimana viewfinder dibagi menjadi zona-zona yang lebih kecil.

Sebuah tips yang manjur untuk dilakukan ketika menggunakan mode metering ini adalah, ambil foto, lihat histogram dan kemudian rubah exposure jika diperlukan. ini adalah cara paling sederhana untuk mendapatkan exposure yang sempurna, tetapi bagaimanapun setiap fotografer memiliki cara kerja sendiri bukan? tetapi yang paling penting adalah pemahaman bagaimana cara mode-mode metering ini bekerja dan menghasilkan exposure terbaik bagi kita.


Exposure Compensation


Sekarang Sobat telah memahami mode-mode exposure kamera bukan? dan mengetahui kenapa kamera memberikan exposure yang salah. Jadi bagaimana mengatasinya? apa yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan exposure yang sempurna? Jika Sobat menggunakan mode exposure otomatis, cara paling sederhana adalah dengan menggunakan fitur exposure compensation.

Exposure Compensation

Jika ente bingung bagaimana menggunakan atau menemukan fitur ini pada kamera cobalah untuk membuka kembali buku manual kamera, karena setiap merk kamera biasanya berbeda. Jika foto terlihat underexpose, gunakan exposure compensation untuk menaikkan exposure sebanyak Satu atau Dua stop, kemudian periksa histogram apakah memperlihatkan grafik exposure yang pas. (jika ente masih belum pernah menggunakan histogram, dan jika foto tersebut overexposed, Sobat bisa juga menggunakan exposure compensation untuk mengurangi exposure.

Depth of Field Dalam Fotografi

Mengenal Depth of Field Dalam Fotografi

Teknik Fotografi - Sobat bisa menambah atau mengurangi jumlah cahaya ke film atau sensor gambar hanya dengan satu atau dua langkah, yaitu dengan: merubah shutter speedatau kecepatan shutter (rentang waktu shutter tetap terbuka) atau dengan merubah f-stop(ukuran aperture  yang ada di lensa). Jika Sobat merubah aperture, maka tampilan gambar foto bisa berubah drastis. Perubahan tersebut akan tampak pada area ketajaman atau fokus yang ada di dalam frame foto, dari titik paling tajam sampai ke paling jauh (sering disebut dengan ruang tajam). Nah zona atau area fokus ini dideskripsikan dengan depth of field





Aperture terbesar (contoh: f2, f4) memberikan depth of field terkecil
Aperture terkecil (contoh: f16, f22) memberikan depth of field terbesar
Semakin kecil sensor maka semakin besar pula depth of field pada aperture yang sama

Depth of field sempit (shallow) - Gambar sebelah kiri diambil dengan menggunakan pengaturan aperture lensa terlebar. Sobat bisa melihat bahwa ada perbedaan ketajaman gambar di bagian depan dan belakang.

Depth of field lebar (maksimum) - gambar sebelah kanan diambil dengan menggunakan pengaturan aperture lensa terkecil. Semua bagian atau elemen yang ada di dalam foto tampak fokus dan tajam baik di bagian belakang maupun depan.

BERAGAM KESALAHAN FOTOGRAFER PEMULA

Pada zaman kamera masih memakai film dan belum menggunakan rangkaian pembantu elektronik, untuk bisa memotret dengan baik, diperlukan pemahaman teori fotografi yang matang. Secara umum, teori fotografi ini melingkupi cara kerja rana dan diafragma pada kamera, pemahaman akan panjang fokal lensa, pemahaman akan kepekaan rekam film serta pemahaman akan komposisi.
Pada era digital, sebagian besar teori fotografi sudah diambil alih “komputer” pada kamera. Namun, pada era digital pula makin banyak kesalahan baru yang timbul. Kesalahan-kesalahan baru ini timbul karena realitas elektronik dan digital yang juga barang baru di muka bumi ini.
Perusahaan Panasonic telah melakukan survei atas kesalahan-kesalahan pemula yang hasilnya sebagai berikut:
·         Kesalahan tertinggi pada pemakai kamera digital, yaitu sampai 35,2 persen, adalah baterai habis. Kamera digital memang hanya bekerja kalau ada baterai di dalamnya. Maka, kamera digital yang laris umumnya punya baterai yang awet, minimal bisa untuk 500 kali pemotretan.
·         Kesalahan pemula yang menduduki peringkat kedua adalah gambar kabur akibat kamera bergoyang saat digunakan, yaitu mencapai 29,3 persen. Goncangan kamera alias camera shake memang kesalahan pemakai. Namun, kamera yang baik akan meminimalkan hal ini dengan bentuknya yang ergonomis dan kecepatan rana yang lebih tinggi. Gambar kabur akibat goyangan subyek yang difoto juga mendominasi hasil survei, yaitu dengan 22,7 persen. Kesalahan ini adalah akibat pemakai salah memperkirakan kecepatan rananya.
Untuk dua kesalahan tersebut, perusahaan Panasonic telah mengatasinya dengan fasilitas ISO otomatis dalam kamera-kamera terbaru mereka. Dengan fasilitas ini, sebuah kamera akan menaikkan setelan ISO kalau mendeteksi kemungkinan adanya goyangan. Dengan naiknya ISO, otomatis kecepatan rana ikut naik.
Time lag
            Kesalahan pemula yang persentasenya menduduki nomor tiga adalah terlambatnya memotret adegan akibat kelambatan sang kamera bereaksi. Hal ini lazim disebut time lag, yaitu jeda antara saat rana ditekan dan saat kamera bereaksi. Mungkin time lag adalah masa lalu karena saat ini kamera yang beredar umumnya sudah punya reaksi cepat. Kesalahan yang juga cukup tinggi terjadinya, dengan persentase 16,8 persen, adalah salah fokus. Kesalahan ini umumnya menyangkut focusing pit alias fokus lari ke bidang nun jauh di sana. Oleh Panasonic, kesalahan ini dieliminasi lewat kemampuan kamera mencari fokus ke wajah manusia terdekat alias fasilitas face detection. Kesalahan-kesalahan lain hasil survei adalah foto terlalu gelap (19,3 persen), memori penuh (16,5 persen), foto terlalu terang (12,2 persen), salah white balance (6,8 persen), salah penyetelan piksel (10 persen), salah kecepatan rana (5,4 persen), dan salah ISO (3,7 persen).
Di masa mendatang, kalau semua kesalahan sudah bisa diatasi, mungkin siapa pun bisa menghasilkan foto yang bagus secara teknik. Namun, kembali ke realita bahwa foto bukanlah matematika, foto bagus atau foto buruk secara isi akan terjadi karena faktor ini tidak bisa digantikan komputer seperti apa pun. Fotografi memang sudah menjadi realita kehidupan modern, bukan lagi hobi atau profesi semata. (Arbain Rambey/Kompas).

TEKNIK DASAR FOTOGRAFI
Teknik-teknik dasar pemotretan adalah suatu hal yang harus dikuasai agar dapat menghasilkan foto yang baik. Kriteria foto yang baik sebenarnya berbeda-beda bagi setiap orang, namun ada sebuah kesamaan pendapat yang dapat dijadikan acuan. Foto yang baik memiliki ketajaman gambar (fokus) dan pencahayaan (eksposure) yang tepat.

A. FOKUS
Focusing ialah kegiatan mengatur ketajaman objek foto, dilakukan dengan memutar ring fokus pada lensa sehingga terlihat pada jendela bidik objek yang semula kurang jelas menjadi jelas (fokus). Foto dikatakan fokus bila objek terlihat tajam/jelas dan memiliki garis-garis yang tegas (tidak kabur). Pada ring fokus, terdapat angka-angka yang menunjukkan jarak (dalam meter atau feet) objek dengan lensa.

B. EKSPOSURE
Hal paling penting yang harus diperhatikan dalam melakukan pemotretan adalah unsur pencahayaan. Pencahayaan adalah proses dicahayainya film yang ada dikamera. Dalam hal ini, cahaya yang diterima objek harus cukup sehingga dapat terekam dalam film. Proses pencahayaan (exposure) menyangkut perpaduan beberapa hal, yaitu besarnya bukaan diafragma, kecepatan rana dan kepekaan film (ISO). Ketiga hal tersebut menentukan keberhasilan fotografer dalam mendapatkan film yang tercahayai normal, yaitu cahaya yang masuk ke film sesuai dengan yang dibutuhkan objek, tidak kelebihan cahaya (over exposed) atau kekurangan cahaya (under exposed).

C. Bukaan Diafragma (apperture)
Diafragma berfungsi sebagai jendela pada lensa yang mengendalikan sedikit atau banyaknya cahaya melewati lensa. Ukuran besar bukaan diafragma dilambangkan dengan f/angka. Angka-angka ini tertera pada lensa : 1,4 ; 2 ; 2,8 ; 4 ; 5,6 ; 8 ; 11 ; 16 ; 22 ; dst. Penulisan diafragma ialah f/1,4 atau f/22. Angka-angka tersebut menunjukkan besar kecilnya bukaan diafragma pada lensa. Bukaan diafragma digunakan untuk menentukan intensitas cahaya yang masuk. Hubungan antara angka dengan bukaan diafragma ialah berbanding terbalik."Semakin besar f/angka, semakin kecil bukaan diafragma, sehingga cahaya yang masuk semakin sedikit. Sebaliknya, semakin kecil f/angka semakin lebar bukaan diafragmanya sehingga cahaya yang masuk semakin banyak."

D. Kecepatan Rana (shutter speed)
Kecepatan rana ialah cepat atau lambatnya rana bekerja membuka lalu menutup kembali. Shutter speed mengendalikan lama cahaya mengenai film. Cara kerja rana seperti jendela. Rana berada di depan bidang film dan selalu tertutup jika shutter release tidak ditekan, untuk melindungi bidang film dari cahaya. Saat shutter release ditekan, maka rana aka membuka dan menutup kembali sehingga cahaya dapat masuk dan menyinari film. Ukuran kecepatan rana dihitung dalam satuan per detik, yaitu: 1 ; 2 ; 4 ; 8 ; 15 ; 30 ; 60 ; 125 ; 250 ; 500 ; 1000 ; 2000 ; dan B. .Angka 1 berarti rana membuka dengan kecepatan 1/1 detik. Angka 2000 berarti rana membuka dengan kecepatan 1/2000 detik, dst. B (Bulb) berarti kecepatan tanpa batas waktu (rana membuka selama shutter release ditekan). Hubungan antara angka dengan kecepatan rana membuka menutup ialah berbanding lurus. "Semakin besar angkanya berarti semakin cepat rana membuka dan menutup, maka semakin sedikit cahaya yang masuk. Semakin kecil angkanya, berarti semakin lambat rana membuka dan menutup, maka semakin banyak cahaya yang masuk"

E. Kepekaan Film (ISO)
Makin kecil satuan film (semakin rendah ISO), maka film kurang peka cahaya sehingga makin banyak cahaya yang dibutuhkan untuk menyinari film tersebut, sebaliknya semakin tinggi ISO maka film semakin peka cahaya sehingga makin sedikit cahaya yang dibutuhkan untuk menyinari film tersebut. Misal, ASA 100 lebih banyak membutuhkan cahaya daripada ASA 400.
LENSA
Mengenai Lensa
Sepertinya beberapa anggota FD banyak yang suka fotografi, dan juga memiliki kameraSLR. Saya ingin berbagi juga tips dan FAQs mengenai lensa SLR.Untuk para pemula, atau mungkin siapa saja yang ingin tahu sebuah lensa secara lebihmendetail, mengenai jenis kacanya, kodenya, teknologinya, dsb. Saya disini akanmencoba menjabarkan (dengan sebaik-baiknya dari kemampuan saya), untuk memberikan pengertian yang lebih dan mudah untuk anda.Sebuah lensa itu tidak mudah di buat, terdapat unsur matematis yang harus tepat danakurat, jenis kaca, jenis lapisan pelindung (coating), jenis motor, dan lainnya.Apalagi bagi kita yang masih tergolong pemula, mungkin kita akan bingung apabila suatusaat kita akan membeli sebuah lensa, atau akan menjual lensa milik kita. Apa aja sih yang perlu kita ketahui? Ya itu terserah anda, sah-sah aja sebenarnya anda tidak tahu apa2mengenai lensa anda, yang penting anda senang memakainya, tapi – apakah itu “baik”?Ya relatif, menurut saya sih ada baiknya mengenal lensa anda sedikit banyak.Ada suatu kutipan, “Knowing your lenses means knowing photography”. Dan ya,menurut saya kalimat itu tepat sekali, dengan mengenal lensa anda, anda bisa tau sampaidimana batas keunggulan lensa anda, dan kekurangannya, sehingga anda dapatmemaximalkan kegunaan lensa anda dalam mengambil sebuah gambar. (Yah kalau andamau memaximalkan dengan cara lain – buat ganjalan pintu misalnya – itu juga terserah anda, hehe, whatever makes you happy!)Langsung saja kita menuju pokok pembahasan.

·         FOCAL LENGTH
Atau sering kita sebut FL (singkatannya). Focal length adalah satuan ukuran sebuah lensadimana ukuran tersebut ditentukan daripada panjang – pendeknya jangkauan sebuahlensa..Sedikit koreksi. Focal length itu adalah jarak nodal point dengan focal planenya. Ataukalau dibayangin adalah jarak titik api dengan film/sensornya.Focal length tidak bergantung pada formatnya, tetapi memiliki implikasi sudut pandangyang berubah-ubah sesuai sensornya. Memang lebih mudah menulis FL dalam mmdaripada AoV dalam derajat atau radian. Karenanya Anders Uschold mengatakan bahwamenggunakan FL untuk illustrasi AoV adalah salah kaprah yang keterusan, padahalinformasi yang hendak disampaikan adalah sudut pandang (AoV)Illustrasinya adalah menggambarkan sudut yang dibentuk oleh kaki-kaki segitigasamakaki, tetapi illustrasinya menggunakan tinggi segitiga tersebut.Dan ini biasanya tertera di lensa tersebut, dengan ukuran millimeter (mm). Focal length juga dapat dibagi menjadi dua type, FIX dan ZOOM. Dua type tersebut juga tentunyamembedakan jenis sebuah lensa. Sebuah lensa zoom, tentunya bisa “maju mundur”,mendekatkan pandangan anda pada sebuah objek, atau menjauhkan pandangan anda darisebuah objek untuk mendapatkan gambar yang lebih luas. Contoh: 18-55mm adalahsebuah lensa zoom. Dia dapat mengambil gambar dari jarak 18mm sampai dengan 55mm(artinya bisa 19, 20, 21, 22, dst s/d 55). Fix atau sering juga di sebut PRIME LENS,adalah sebuah lensa dengan ukuran “mati”. Artinya dia tidak dapat maju mundur, danhanya bisa mengambil foto dengan jarak tersebut. Contoh: 50mm adalah sebuah lensa fix,dan hanya dapat mengambil foto pada jarak 50mm. Apabila anda ingin mengambilgambar yang lebih luas dan menjauhkan diri dari objek, atau ingin mengambil gambar lebih dekat – maka kaki andalah yang harus bergerak – bukan lensa anda. Sebuah focallength juga dapat juga mengartikan angle of view (sudut pandang) sebuah lensa.Contohnya: 12mm mempunyai angle of view 122 derajat, dan 50mm mempunyai angleof view 46.8 derajat.
·         APERTURE
Aperture adalah sebuah ukuran BUKAAN lensa. Atau sering disebut dengan rana. Dankodenya adalah F. Jujur saja, saya tidak tau kenapa namanya F, kenapa tidak X, Y, Z,hehehe. Anyway, F juga biasanya tertera pada lensa dan berguna untuk berbagai hal,antaranya adalah untuk jalur masuk cahaya (semakin besar sebuah F semakin banyak cahaya yang masuk), untuk DOF (Depth of Field – akan dibahas nanti), dan menentukanshutter speed anda – berhubung semakin banyak sinar yang masuk, semakin cepat shutter speed yang anda bisa dapatkan untuk menghindari shake / blur, dan semakin kecil angkasebuah F, maka semakin besarlah bukaan lensanya. F ini dapat membesar (sampai padaukuran maximumnya) dan (mengecil sampai pada ukuran minimum). Semakin kecilangka sebuah F, artinya semakin besar bukaannya. Misalnya, sebuah lensa dengan F/1.4mempunyai bukaan yang jauh lebih besar daripada sebuah lensa dengan F/3.5. Sebuahlensa zoom juga bisa mempunyai bukaan (F) yang berbeda pada ukuran zoom yang berbeda. Misalnya: 18-55mm F/4-5.6. Apa artinya ini? Artinya, pada focal length 18mm,maka bukaan lensa tersebut maximum dapat mencapat 4. Dan pada focal length 55mm,hanya dapat mencapai angka 5.6 (lebih kecil). Anda sendiri pun, dapat mengeset F andasesuka hati, namun tetap terpaut pada angka maximum lensa tersebut – lensa F/4 tidak akan pernah bisa anda set ke 1.4 misalnya, atau 2, atau berapapun yang lebih kecilangkanya daripada 4. Dan angka minimum biasanya sampai dengan F/22. Lebih kecildaripada F/22 maka bukaan (lubang cahaya) pada lensa tersebut sudah hampir tertutupdan sudah tidak berguna untuk meneruskan cahaya ke sensor.Contoh mudahnya ya seperti pupil di mata anda – yang dapat membesar dan mengecilmenyesuaikan dengan cahaya yang ada.

·         DEPTH OF FIELD (DOF)
DOF adalah “kedalaman” sebuah pandangan lensa. DOF juga di tentukan oleh Aperture,atau si F tersebut. Sebuah F/1.4 mempunyai kedalaman pandang yang lebih sempit,dibandingkan F/4. Artinya, apabila anda mengambil sebuah foto yang berisi 2 manusia dan satu berdiri di depan dan satu di belakangnya dan anda focus pada orang yang didepan, pada F/1.4 kemungkinan besar orang yang di depan (yang anda focus) akanterlihat jelas dan tajam, namun orang dibelakangnya akan menjadi semu / buram / blur.Ini bukan gangguan pada lensa atau kamera anda, tapi ini adalah kedalaman pandanglensa anda. Apabila anda mengeset pada F/4, dan focus pada orang yang sama, makakedua orang tersebut – yang depan dan belakang – kemungkinan besar akan terlihat jelasdan sama tajamnya. Itulah sebabnya apabila foto portrait sendiri, banyak orang akanmencari lensa dengan F yang besar (angka F yang kecil), untuk menghilangkan segala bentuk “distraksi” atau gangguan yang dapat menghalangi isolasi sebuah objek.Sedangkan untuk foto pemandangan dimana orang ingin mendapatkan setiap detail –  biasanya akan di set pada F/8 sampai F/11.

·         PERSPEKTIF
Tergantung pada focal length lensa anda, background (latar belakang) sebuah objek dapatterlihat dekat atau lebih jauh. Visual efek tersebut dapat dinamakan “perspektif”. Denganfocal length yang kecil (lebih wide angle), background objek anda anda terlihat lebih jauh, daripada sebuah lensa dengan focal length yang lebih besar.

·         MACRO
Macro adalah jenis lensa yang dapat focus pada sebuah objek dengan sangat dekat, dan biasanya mempunyai kemampuan pembesaran sebuah objek dengan sangat mendetail.Macro ini biasanya juga terbagi menjadi 1:1 (true macro) yang dapat mendapatkan detailsecara 1:1, dan 1:2 (walaupun termasuk lensa macro – banyak orang menyebutnya bukanTRUE macro). Biasanya lensa macro ini digunakan untuk mengambil gambar serangga, bunga, dan benda2 kecil lainnya.

·         FISH EYE
Sebuah jenis lensa yang dapat mengambil gambar dengan angle of view 180 derajat, danmenghasilkan gambar yang agak “spherical” atau cembung. Maka dinamakan lensa mataikan (entah karena bentuk lensanya yang seperti mata ikan – atau gambar yang dihasilkanseperti pandangan seekor ikan). Lensa ini adalah lensa exotis, biasanya tidak dapatdigunakan dalam keseharian kita (jarang lah).

·         ASPHERICAL LENS
Aspherical lens ini bukan lensa biasa, lensa ini cenderung lebih baik kualitasnya, dantetap mempunyai ukuran yang relatif kecil, sehingga dapat mengurangi ukurankeseluruhan sebuah lensa. Dan biasanya, lensa aspherical dapat melebarkan sudut pandang sebuah lensa dengan tetap menjaga ukuran, meningkatkan kualitas dan jugamengungari efek negatif sebuah lensa.

·         JENIS ELEMEN LENSA
Lensa juga terbagi dalam jenis elemen yang berbeda beda pula. Dan ada tingkatannya,tentunya semakin baik tingkatan sebuah elemen, semakin baik pula penangkapangambarnya. Selain elemen lensa “biasa”, ada elemen yang setidaknya diatasnya, dan biasanya sebutannya berbeda untuk setiap produsen lensa yang berbeda pula. Tapikiranya dapat di sebut LD / ED yang artinya Low Dispersion, atau Extra-Low Dispersion. Yang mempunyai kemampuan untuk menghasilkan warna, ketajaman, tingkat purplefringing, dan chromatic aberrations yang lebih baik. Setingkat diatasnya biasanya di sebut SLD / SED yang artinya Super Low Dispersion atau Super Extra-Low Dispersion.Tentunya lensa yang mengandung elemen tersebut lebih mahal daripada lensa yang hanya berisi elemen “biasa”. Namun bukan berart sebuah lensa tanpa elemen tersebut itu jelek lho…
·         STABILIZER
Lensa juga mempunyai stabilizer yang dapat mengurangi blur apabila terjadi goyang /getar, atau shake. Sehingga anda dapat lebih nyaman mengambil gambar tanpa terlalukhawatir apabila anda mengambil foto dimana anda kurang seimbang, atau gemetarankarena gugup mungkin? Hehehe, dan juga membantu saat slow-shutter speed dimanageteran adalah suatu hal yang rawan membuat gambar blur. Stabilizer ini tidak bisadipastikan bekerja 100%, tapi memperbanyak hasil gambar yang baik dibandingkan tanpastabilizer. Misalkan: Anda sedang mengambil foto lowlight dengan shutter speed yangrelatif lambat, tanpa stabilizer, mungkin hanya 5 dari 10 foto yang anda ambil layak untuk di cetak (kecuali anda bisa mematung dengan sempurna), sedangkan denganstabilizer, anda bisa mendapatkan 8 dari 10 foto yang anda ambil, layak untuk di cetak.Stabilizer tidak memberikan kepastian, namun memberikan kemungkin hasil yang baik lebih banyak. Dan juga saya mendengar bahwa lensa dengan stabilizer cenderungmembuat baterai kamera anda lebih boros (benar tidaknya saya belum bisa konfirmasi).Dan juga, sama seperti jenis elemen lensa, setiap produsen mempunyai nama sendiriuntuk stabilizer pada lensa ini. Nikon: VR (Vibration Reduction). Canon: IS (InternalShake-reduction atau Internal Stabilizer gak tau mana pastinya hehe). Leica: Mega O.I.S.(Optical Internal Stabilizer). Dll.

·         SUPERSONIC MOTOR
Lensa lensa generasi baru dilengkapi dengan motor supersonic, dimana lensa tersebutdapat focus lebih cepat, lebih “smooth”, dan lebih sunyi dibandingkan dengan lensa yangtidak mempunyai supersonic motor. Sampai dengan saat ini, Supersonic motor masihterus dikembangkan dan sepertinya akan menjadi sebuah “standard” pada sebuah lensa.

·         INTERNAL FOCUS
Lensa jenis ini mempunyai system IF (Internal Focus) dimana pada saat mencari focus,ukuran fisik sebuah lensa tidak memanjang atau memendek. Tidak semua lensamempunyai fitur seperti, namun saya sangat suka dengan fitur IF ini. Berhubung lensaanda tidak kelihatan maju mundur saat mencari focus (keren aja gitu), dan tidak takutkepentok benda apapun yang mungkin ada didepan lensa anda (siapa tau anda tidak sengaja atau gimana lah).Sekian dulu dari pada yang bisa saya berikan mengenai segi teori dan teknis sebuah lensaSLR, semoga dapat membantu rekan2 sekalian, khusus nya bagi para pemula untuk memahami lebih mendalam kebutuhan lensa anda.Bagi yang merasa ada yang salah, atau ada yang kurang, monggo silahkan dikoreksi atauditambahkan.

Referensi:

Pengertian Fotografi

Menurut saya, musti dikembalikan ke arti sebenarnya dari fotografi itu sendiri....
Dari beberapa literatur yang saya dapat, pengertian fotografi adalah melukis dengan cahaya.

Kalau USG sendiri sangat berbeda sekali prinsip kerjanya, karena USG sendiri singkatannya adalah Ultra Sono Graphy. Prinsip kerjanya menggunakan Gelombang Ultrasonik yang dibangkitkan oleh kristal yang diberikan gelombang listrik.
Gelombang ultrasonik adalah gelombang suara yang melampaui batas pendengaran manusia yaitu diatas 20 kHz atau 20.000 Hz atau 20.000 getaran perdetik.
Kristal nya bisa terbuat dari berbagai macam, salah satunya adalah Quartz. Sifat kristal semacam ini, akan memberikan getaran jika diberikan gelombang listrik.

Alat ultrasonik sendiri ada berbagai tipe. Ada Tipe Scan A, B dan C.
Yang biasa untuk mendeteksi crack pada baja adalah tipe A.
Prinsip kerjanya mudah sekali. Tinggal menggunakan sensor ultrasonik untuk menngirimkan gelombang ultrasonik dan menangkapnya kembali. Kebetulan saya membuat alat ini waktu bikin skripsi.

Yang tipe C dapat menampilkan Citra 3 Dimensi dengan cara menangkap pantulan-pantulan yang berbeda dari tebal tipisnya benda dalam suatu cairan. Karena ada berbagai macam gelombang ultrasonik yang dipantulkan dalam waktu yang berbeda, gelombang-gelombang ini lalu diterjemahkan oleh prosesor untuk dirubah menjadi gambar.

Jadi USG menampilkan citra dari suara yang ditangkap, sedangkan pengertian fotografi adalah melukis dengan cahaya.

Jadi mungkin untuk saat ini hasil dari USG belum termasuk dalam karya fotografi. Berbeda dengan Scanner dan kamera lubang jarum yang masih "melukis dengan cahaya".
>>Baca Selengkapnya


Artikel Populer

 

Design By: SkinCorner
Dari Dagangku.com, Jasa Video Shooting jakarta